QQ289 -  SITUS ONLINE TERPERCAYA

Istilah operasi plastik maupun bedah plastik bukan hal baru bagi sebagian besar masyarakat. Belakangan, operasi plastik menjadi tren, termasuk di kalangan selebriti.

Apa pengertian , sejarah dan tujuan adanya bedah plastik ini ? Berikut ulasan lengkapnya 

Kepala Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Dr Ahmad Fawzy, menjelaskan bedah merupakan cabang ilmu kedokteran yang di dalam prosesnya memakai ketrampilan tangan si dokter untuk membuat perlukaan pada jaringan pasien.

Sementara, kata plastik pada bedah plastik berasal dari Yunani kuno, plasticos yang memiliki arti mudah diubah atau mudah berubah-ubah. 

“Artinya, (bedah plastik) cabang dari ilmu kedokteran yang di dalam prosesnya memanfaatkan ketrampilan tangan si dokter untuk membuat irisan atau perlukaan dengan memanfaat sifat atau katakter dan potensi fleksibilitas jaringan pasiennya yang dipakai untuk tujuan tertentu,” kata Fawzy
Sehingga, bedah plastik bukan berati pembedahan menggunakan plastik. 

Ia menjelaskan setidaknya ada dua tujuan dari tindakan medis bedah plastik.
Pertama, memperbaiki kecatatan anatomis dan mengembalikan fungsinya seperti semula.
Kedua, menambah harmonisasi bagian tubuh yang normal yang sebetulnya tidak ada kecacatan, tidak ada kesakitan, agar menjadi lebih enak menurut pasien . Dimana tujuan yang kedua ini lebih dikenal dengan beda estetik.

Fawzy mengatakan saat ini masih banyak penilaian di masyarakat bahwa operasi plastik hanya untuk keperluan estetika. Padahal, dokter bedah plastik sebetulnya paling banyak justru menangani kasus kelainan penyakit dan kecacatan bentuk anatomi serta mengembalikan fungsi supaya normal kembali. 

“Kita justru lebih banyak kasusnya terjun untuk suatu kelainan untuk kita koreksi,” terangnya. Kasus rekonstruksi ini, menurut Fawzy, yang paling banyak adalah penanganan pada luka. Ia mengatakan luka yang membutuhkan bedah plastik ada berbagai jenis, baik yang bersifat  akut atau pun kronik.

Selain itu, ada juga luka sederhana namun berada di lokasi yang sulit, serta luka lebar yang disertai kerusakan jaringan yang parah misalnya luka bakar. Kasus lain misalnya memperbaiki jaringan wajah, perbaikan tulang wajah akibat kecelakaan, atau bibir sumbing.

Dr Fawzy menerangkan bahwa sejarah operasi plastik ini berawal sekitar abad keenam sebelum Masehi.
Saat itu, seorang tabib di India Sushruta membuat catatan “Sushruta Samita”.

Pada masa itu, ia sudah dikenal melakukan praktek prosedural dengan menambal kecacatan pada hidung. Hal itu dilakukan karena zaman dahulu ada banyak mantan pesakitan yang dihukum penjara dengan dipotong hidungnya.

Saat pesakitan itu sembuh, ia kesulitan diterima masyarakat karena hal tersebut. Sushruta pun melakukan koreksi pada hidung dengan memakai jaringan yang berdekatan dengan hidung. 

“Di Eropa ilmu bedah plastik mulai brkembang saat Gaspare Tagliacozzi (1546-1599) menulis buku catatan teknik rekonstruksi bentuk hidung yang mengambil dari jaringan yang jauh yakni jaringan lengan,” ujar Fawzy