QQ289 - SITUS ONLINE TERPERCAYA 

Aksi Earth Hour 2023 pada Sabtu (25/3) lalu disebut menjadi gerakan pemadaman lampu terbesar di dunia.

Pencetus program Earth Hour, Dana Dunia untuk Alam (World Wide Fund for Nature/WWF), menyatakan gerakan ini melibatkan ratusan negara.

"Lebih dari 190 negara dan wilayah akan berpartisipasi dalam acara pada hari Sabtu, 25 Maret dari pukul 20:30-21:30 waktu setempat," demikian pernyataan resmi WWF.

Wakil Presiden dan Urusan Eksternal WWF, Chris Conner mengatakan selama 16 tahun Earth Hour telah melibatkan jutaan orang di seluruh dunia dengan permintaan sederhana yaitu mematikan lampu mereka selama 60 menit.

"Earth Hour adalah kesempatan bagi kita semua untuk bersatu, tak hanya merayakan semua yang diberikan planet kita kepada kita, tetapi juga untuk melindunginya," kata dia.

"Saat itu negara-negara yang berpartisipasi sepakat untuk menghentikan dan mengemblikan hilangnya keanekaragaman hayati di tahun 2030. Oleh karena itu, tujuh tahun ke depan sangatlah penting, untuk memastikan bahwa ketika dekade ini berakhir, kondisi alam dan keanekaragaman hayati menjadi lebih baik, dan kita tetap menjaga kenaikan suhu bumi berada di bawah ambang batas 1.5°C untuk menghindari kerusakan permanen pada Bumi kita," tulis pihak WWF.

Earth Hour pertama kali dilaksanakan pada 2007 oleh WWF dan mitranya di Sydney, Australia. Sejak saat itu, program ini tumbuh menjadi gerakan akar rumput global terbesar yang fokus pada isu lingkungan.

Earth Hour meningkatkan kesadaran dan menginspirasi tindakan kolektif melawan perubahan iklim dan hilangnya alam.

Aksi dilakukan dengan mematikan seluruh lampu serta perabot lain yang menggunakan energi listrik selama satu jam. Tindakan ini simbol untuk menunjukkan solidaritas untuk planet Bumi.

Di Indonesia, aksi Earth Hour berlangsung di sejumlah kota diantaranya Jabodetabek , Bandung , Semarang , Surabaya , Medan , Makassar , Solo , Aceh , Yogyakarta , Aceh , Mataram , hingga Jayapura.