QQ289 - SITUS ONLINE TERPERCAYA

Gempa dengan magnitudo 7,8 SR yang mengguncang wilayah Turki dan Suriah pada Senin 6 Februari 2023 memunculkan berbagai spekulasi. Gempa yang menewaskan puluhan ribu orang itu telah menciptakan berbagai teori konspirasi di dunia.

Gempa dahsyat itu diyakini disebabkan fenomena geologis dan pergerakan lempeng bumi. Meski begitu, ada pula teori yang mengaitkan gempa dengan proyek pemerintah Amerika Serikat (AS).

Para penganut teori konspirasi banyak mengaitkan bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk gempa di Turki dan Suriah, merupakan project High-frequency Active Auroral Research Program (HAARP) yang dijalankan AS. Salah satu bahan bukti yang santer dibicarakan adalah dengan fenomena awan berbentuk UFO di langit Turki beberapa hari sebelum gempa besar ini terjadi. Namun hal itu hanyalah teori saja. Sebab fakta sesungguhnya awan itu hanya gumpalan awan lentikularis.

Melansir Daily Pakistan, HAARP atau dalam Program Penelitian Auroral Aktif Frekuensi Tinggi, merupakan proyek AS yang mempelajari atmosfer bagian atas lebih tepatnya lapisan ionosfer dengan menggunakan pemancar radio berbasis di Alaska.

Tujuan dibuat nya HAARP adalah untuk memanipulasi cuaca contohnya adalah mengendalikan hujan atau badai . Dan kepentingan semacam ini digunakan untuk kebutuhan militer.

Situs web HAARP menyebutkan, proyek tersebut mempelajari sifat dan perilaku ionosfer, yang membentang kira-kira 50 mil hingga 400 mil di atas permukaan bumi, tepat di tepi ruang angkasa. Bersamaan dengan atmosfer atas yang netral, ionosfer membentuk batas antara atmosfer bawah Bumi dan ruang hampa udara.

Meskipun proyek ini tak pernah menanggapi klaim gempa, mereka pernah membahas teori manipulasi cuaca. 

“Klaim dalam artikel Gaia tentang kemampuan HAARP untuk menyebabkan bencana alam atau mengendalikan perilaku manusia adalah salah,” kata Direktur Lembaga Geofisika di University of Alaska Fairbanks, Robert McCoy.

Ini bukan kali pertama HAARP disalahkan atas bencana oleh para ahli teori konspirasi. Sebelumnya, HAARP diklaim menyebabkan gempa Haiti pada 2010, gempa bumi dan tsunami Chile pada 2010, dan gempa bumi dan tsunami Jepang pada 2011.

Selain itu, HAARP dikaitkan dengan longsor besar di Filipina yang menewaskan lebih dari seribu orang pada 2006.

Para peneliti menyebutkan penyebab dari gempa yang terjadi di tenggara Turki dan utara Suriah bersumber dari lempengan bebatuan yang solid yang bergerak secara berlawanan sepanjang garis vertikal patahannya.

Hal ini menyebabkan tekanan hingga salah satu lempeng tergelincir dan bergerak secara horisontal. Akibatnya, gerakan tersebut melepaskan jumlah tekanan luar biasa yang menyebabkan gempa dahsyat.