Hari raya natal merupakan hari besar raya besar bagi umat Kristiani. Kehadirannya sudah barang tentu dinanti-nanti sama seperti umat Muslim menjalankan Lebaran. 
Di beberapa wilayah di Indonesia hari natal dirayakan dengan berbaai hal unik bercampur dengan kebiasaan adat daerah yang sudah terakulturasi sejak lama dan hingga menjadi ciri khas. 
Apa dan dimana saja tradisi natal itu berada ? Yuk kita simak bersama.

1. Marbinda Dan Marhobas (Sumatera Utara)

Kebiasaan Marbinda dan Marhobas ini biasa di lalukan oleh masyarakat Batak Toba di Sumatera Utama.
Marbinda merupakan tradisi menyembelih hewan, sementara Marhobas merupakan tradisi memasak hasil sembelih tersebut. Kegiatan ini dilakukan oleh kaum pria.
Hewan yang disembelih dalam tradisi ini biasanya  sapi, kerbau, atau babi. Hewan-hewan tersebut didapatkan dari hasil tabungan warga yang telah dikumpulkan selama berbulan-bulan. 
Tujuan dari Marbinda dan Marhobas adalah untuk mengeratkan silaturahmi masyarakat sekitar, membangun rasa gotong royong, serta sebagai wujud dari rasa syukur.
Sehingga puncak acara ini dengan membagikan daging hasil masakan bersama antar warga. Ada satu hal unik lagi dimana orang yang dipercaya membagikan daging dalam kegiatan ini akan menjadi kepala desa di periode berikutnya.

2. Rabo-Rabo (Jakarta)

Rabo-rabo sendiri memiliki arti "ekor-mengekor" kata ini berasal dari bahasa Kreol Portugis.
Wilayah yang melakukan tradisi ini tepatnya berada di Kampung Tugu, Cilincing. Dimana di daerah ini terdapat banyak pemeluk agama kristen keturunan Portugis.
Kegiatan ini dilakukan dengan berkeliling kampung dan mengunjungi rumah-rumah sambil menyanyikan lagu keroncong. Satu rombongan warga akan memulai Rabo-Rabo dengan mengunjungi Gereja terlebih dahulu untuk beribadah. Setelah itu, mereka langsung mengunjungi rumah-rumah warga sekitar. Salah satu anggota keluarga dari setiap rumah-rumah yang dikunjungi tersebut nantinya harus ikut dalam rombongan layaknya ekor yang memanjang. Tradisi ini biasanya ditutup dengan pesta makan di rumah yang terakhir dikunjungi.

3. Wayang Wahyu (Jawa)

Bagi masyarakat Jawa cerita pewayangan tidak melulu selalu berisi cerita Mahabrata dan Ramayana. Ada juga cerita pewayangan yang ceritanya diambil dari kisah-kisah dalam Alkitab. Tradisi ini bernama Wayang Wahyu. Pertunjukan wayang yang seringkali dilakukan menjelang perayaan hari Natal di gereja-gereja tertentu di Jawa ini merupakan salah satu simbol inkulturasi budaya yang terbentuk.Pertama kali muncul pada tahun 1960an, pementasan Wayang Wahyu digunakan untuk mengingatkan umat Katolik untuk menjalin keharmonisan antar sesama.

4. gejot dan Penjor (Bali)

Seperti yang diketahui secara luas Bali memiliki mayoritas penduduk beragama Hindu. Namun berkat rasa toleransi yang tinggi hari raya Natal di Bali pun memiliki tradisi unik.  Di Bali umat Kristen biasanya juga melakukan tradisi Ngejot dan Penjor menjelang perayaan Natal. Kedua tradisi yang identik dengan umat Hindu ini juga seringkali dilakukan oleh umat Kristen serta Muslim. Ngejot sendiri merupakan tradisi di mana para warga saling membagikan makanan. Makanan yang dibuat untuk tradisi Ngejot disesuaikan dengan agamanya masing-masing. Sedangkan Penjor merupakan bambu-bambu tinggi melengkung yang biasanya dipasang saat hari raya Galungan. Bambu-bambu tersebut dipasang di bagian rumah sebagai bentuk syukur terhadap anugerah Tuhan.

5. Meriam Bambu (NTT)

Di Flores, Nusa Tenggara Timur, ada sebuah tradisi perayaan hari Natal yang sangat seru dan meriah. Sesuai dengan namanya, tradisi ini diisi oleh pesta meriam bambu yang meriah. Meriam bambu ini sendiri telah ramai dimainkan sejak tahun 1980an hingga saat ini oleh warga setempat. Suara menggelegar yang tercipta dari permainan tersebut merupakan sesuatu yang seringkali ditunggu-tunggu saat menjelang Natal. Selain membuat gembira, bunyi dari meriam bambu juga dapat diartikan sebagai sambutan terhadap kelahiran Yesus Kristus.

6. Kunci Taon (Sulawesi Utara)

Tradisi perayaan hari Natal yang satu ini bisa kamu jumpai di Kota Manado, Sulawesi Utara. Digelar sekaligus untuk memperingati akhir tahun, Kunci Taon biasanya dilaksanakan pada awal minggu bulan Desember dan berakhir pada awal bulan Januari. Tradisi ini diawali dengan serangkaian ibadah di Gereja. Lalu, para umat Kristen akan berziarah ke makam kerabat. Biasanya saat berziarah mereka akan meletakkan lampu hias di atas makam kerabat mereka. Tradisi Kunci Taon lalu ditutup dengan kegiatan pawai mengelilingi kampung sambil memakai kostum-kostum yang menarik.

7. Bakar Batu (Papua)

Tradisi perayaan hari Natal yang terakhir ini biasa dilakukan oleh umat Kristen di Papua. Tradisi yang dikenal sebagai Bakar Batu ini merupakan kegiatan memasak bersama menggunakan batu-batu yang dibakar. Batu-batu tersebut diletakkan di dalam sebuah lubang yang telah digali dan dilapisi dengan daun pisang dan ilalang. Kemudian dilapisi lagi dengan daun pisang. Setelah itu,  daging babi dimasukkan ke dalamnya, lalu disusul oleh lapisan daun pisang dan batu-batu panas lagi. Setelah itu, susunan tersebut diisi dengan sayuran dan umbi-umbian. Bahan makanan tersebut lalu ditutup lagi dengan daun pisang, ilalang, serta batu bakar. Tradisi ini dilakukan setelah misa Natal dan biasanya akan memakan waktu sekitar setengah hari. Bakar Batu dilakukan sebagai upaya untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan serta untuk menjaga kebersamaan.